Kartini - kartini 2009

|


R.A Kartini yang merupakan kepanjangan dari Raden Ajeng Kartini,anak perempuan dari Raden Mas Adhipati Arya Sosrodiningrat,ayahnya menjabat sebagai Bupati dari Jepara.Ibu Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 di desa Mayong-Jepara.Karena perjuangannya yang sangat besar untuk bangsa dan negara,maka dari itu setiap tanggal 21 April diperingati sebagai hari besar,yaitu hari kartini.Sebagian bangsa Indonesia menilai biasanya identik dengan berpakaian daerah yang berwarna-warni, dan menyanyikan lagu-lagu daerah serta lagu Ibu Kita Kartini. Bagi saya, perayaan hari Kartini bukan semata-mata memperingati perjuangan Kartini, tapi sekaligus memperingati perjuangan para pahlawan wanita lainnya. Bahkan mungkin juga memperingati perjuangan kaum pria yang membantu para pejuang wanita kita.

Dahulu Kartini tidak dapat melanjutkan pendidikannya karena harus memasuki masa pingitan,sampai ada seorang pria yang melamar dan memperistrinya.Tetapi beliau berhasrat menjadi seorang guru,seperti ditegaskannya:"saya ingin dididik menjadi seorang guru.Ingin mencapai dua ijazah,yaitu ijazah guru sekolah rendah dan guru kepala.Lalu mengikuti kursus-kursus mengenai kesehatan,ilmu membalut,serta pemeliharaan orang sakit”.

Guru yang diidamkan adalah yang mengajar “disamping ilmu pengetahuan,juga pengertian kasih dan keadilan….”.Atau menurut istilah yang sering digunakannya”pendidikan akhlak” disamping ilmu pengetahuan.Bila anak perempuan telah dicerdaskan,ia akan memiliki pandangan yang luas dan akan datang juga kiranya keadaan baru dalam dunia Bumiputera.Menurut Kartini,dari perempuanlah manusia pertama-tama menerima pendidikan.”Di pangkuan perempuanlah seorang mulai belajar merasa berpikir,dan berkata-kata”.

Keprihatinan Kartini justru terletak pada rendahnya pendidikan itu.Dalam salah satu suratnya,ia mengatakan”Bagaimana ibu-ibu Bumiputeradapat mendidik anak-anaknya kalau mereka sendiri tidak berpendidikan ? Dapatkah ia dipersalahkan bahwa ia merusak anaknya,merusak masa depan yang disebabkan oleh kelemahan dan kebodohannya?”.

Kartini mengalami bagaiman tradisi itu membelenggu kebebasannya.Niatnya untuk melanjutkan ke sekolah Betawi atau Eropa gagal.Adat tidak mengizinkan bagi kami,gadis-gadis untuk belajar,kata Kartini.Eropa dipandang sebagai sumber pengetahuan dan ilmu yang dapat ditimba.Hal ini merupakan akibat dari pergaulan akrabnya denagan para sahabatnya dari negeri Belanda,seperti Ny.Abendanon vMandri,Ny.van Kol-Porrey,Ny.Stella Zeehandelaar,Ny.Ovink-Soer,dan Ny.de Booy.Harapannya setrelah tamat belajar dan kembali ke Jawa.Kartini akan membuka asrama untuk puteri-puteri bangsawan.Ia berupaya keras agar permohonanya untuk pergi ke Eropa dapat terkabul.

Cita-cita untuk mendirikan sekolah bagi gadis-gadis Bumiputera amat didukung oleh Raden Mas Adipati Aryo sosrodiningrat,ayahnya.Tetapi sang ayah tetap tidak dapat melepaskan puterinya untuk pergi ke Eropa.Ayahnya meskipun setuju dengan pemikiran Kartini,masih terkekang oleh tradisi bahwa seorang perempuanmesti kawin dengan pria yangmenjadi pilihannya.Kalau anak perempuannya itu menuntut untuk segera mendapat ijin belajar ke negeri Belanda,diamemandangi puterinya itu dengan sedih hati,seolah-olah mengatakan,”hendak cepat-cepat kamu meninggalkan Bapak ?”.

Ayah Kartini meyakinkan Mr.Abendanon bahwa”calon suami Kartini akan baik sekali kepadanya ,menghargainya,dan turut merasakan serta menghayati cita-citanya.”Kepergiannya ke Eropa juga tidak mendapat persetujuan dari Mr.Stijhoff,Residen Semarang,”kesan-kesan yang luar biasa banyaknya yang akan diperolehnya disana,hanyalah akan membingungkan mereka saja.Dan keuangan ayah mereka terlalu jelak untuk membiayai pendidikan tersebut…”.

Tetap,gagasan untuk mendirikan pendidikan bagi perempuan sanagat didukung presiden itu.Dukungan itu sesuai denagn mood orang-orang Belanda yang dicetusakan oleh Conrad van Deventer dalam majalah De Gids.Tulisan itu menegaskan bahwa orang Belanda berutang budi pada rakyat Hindia Belanda yang telah memasukan devisa Negara begitu besar.Pemerintah colonial harus mengembalikan “utang” sebesar 187 juta gulden dalam beberapa proyek kemanusiaan,salah satunya adalah pendidikan.

Dengan usaha pendidikan maka kaum perempuan akan menjadi sadar akan hak dan tanggung jawabnya .Merak akan lebih mampu menempuh jalan hidupnya sendiri.Perempuan yang telah dicerdaskan oleh pendidikan ,tidak akan sanggup hidup dalam “dunia nenak moyangnya”.Merka akan bangkit berjuang mematahkan belenggu itu.Perjuanagn ini akan menghasilkan buah yang disebut Kartini sebagai persmaan hak yang telah terbayang di udara.Dia juga menyadari bahwa ketidaksamaan hak itu dikondisikan oleh belenggu kolonialisme Belanda .Sebagai anak muda yang berasal dari kalangan bangsawan,Kartini tidak buta terhadap berbagai kepincangan sosial yang terjadi.Hal itu memang diharapkan dari seseorang dalam kedudukan itu,tetapi di zamannya tidak diharapkan datang dari seorang perempuan.Dalam kondisi seperti itu,Kartini tidak hanya megamati secara pasif tetapi ia justru menumbuhkan keyakinan dalam dirinya tentang hal-hal yang perlu diubah dalam lingkungan sosialnya.

Bangsa Belanda,di mata Kartini ,acap kali menertawakan dan mengejek bangsanya .Tetapi kalu Bumiputera mau mencoba memajukan diri,maka ancamanlah yang didapat oleh mereka.”;Kekuasaanya hanya ada pada penjajah “,tegasnya.Dalam perjuangan itu,kaum perempuan tidak terlalu berputus asa.Kartini menyatakan ,”hidup itu terlalu indah,terlau sedap untuk dihancurkan dengan ratap tangis akan hal-hal yang tidaka dapat diubah”.

Menjelang perkawinannya dengan Raden Mas Adipati Aryo Djojodiningrat,Bupati Rembang yang sudah beristeri,Kartini sangat meraskan “hal-hal yang tidak dapat diubah itu”.Meskipun sahabatnya Stella Zeehandelaar tidak dapat memahami Kartini yang menerima lamaran Bupati Rembang itu .Tetapi Kartini berhasil melakukan tawar menawar yang menguntungkan bagi kedudukannya sebagai seorang perempuan.Ia diizinkan mendirikan sekolah untuk remaja puteri .Dengan suaminya,ia tidak memakai bahasa Kromo Inggil,seperti dilakukan para isteri di zamannya.Dalam upacara perkawinan,dia menghapuskan acara membasuh kaki suaminya.

Dalam menerima “nasib” itu Kartini menyadari bahwa zamannya belum memungkinkan bagi perwujudan cita-citanya secara penuh.”perbuatlah sekehendak hati tuan,tetapi tuan tidak akan menahan paksaan zaman juga”.

Sesudah melahirkan anaknya yang pertama Raden Mas Susalit,Kartini jatuh sakit dan menutup mata untuk selama-lamanya pada tanggal 17 September 1904.Kumpulan surat-suratnya dibukukan oleh para sahabatnya dengan judul Door Dulstemfs tof Licht (“ Habis Gelap TerbitlahTerang”).Dalam buku itu berbagai pemikiran,gagsan,dan cita-cita Kartini didokumentasikan yang hingga kini tetap menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang.

Marilah kita peringati Hari Kartini sebentar lagi dengan sebaik-baiknya dan dengan meriah .Sebentar lagi kan ada kontes pakaian adat,bisa jadi kamu-kamu yang menang.Tidak perlu malu memakai pakaian daerah.Nanti kalau malu pakaian adat Indonesia dipakai sama Malaysia bagaimana ??? Apa ngga marah ???



39 komentar:

J O N K said...

wah pakain adat yah ? waduh kalau sayah pake kebaya bisa2 di jitakin penonton :))

kakara said...

Kartini-kartini sekarang sudah pada hebat-hebat.. smoga kita slalu ingat akan perjuangan beliau dan menghargai jasa2nya.. :D
TFS frenz :)

diNa said...

saya juga salah satu penerus Kartini (kan saya perempuan juga..) :) moga-moga bisa sehebat ibu Kartini :)

manusiahero said...

Seppp...
sekarang kebudayaan daerah dah bnyak gk yang peduli..

kalo kita yang muda sapa lagi :D

aziz said...

sip, ternyata banyak yang berminat sama program ini, buat yang laen, boleh kok ikut ngeramein gerakan 100 posting sma11, tinggal masuk ke situs peniti.sma11sby.com aja, pasang banner juga, tapi kalo buat lomba, khusus siswa lho....

Yari NK said...

Yang bikin malu sebenarnya bukan pakaian daerahnya tetapi karena 'kekurangtepatan' waktu kapan kita memakainya. Jikalau pada hari kartini tentu kita tidak usah malu mengenakannya. Namun kalau kita pergi dengan pakaian daerah ke mal2 di mana orang2 memakai pakaian biasa tentu akan sangat menarik perhatian. Namun tentu saja hal ini bukan hanya berlaku pada pakaian daerah. Coba saja di kantor, orang lain pakai dasi dan pakaian rapi, sementara kita masuk pakai kaos oblong dan celana pendek, ya pasti kita juga akan jadi pusat perhatian.... Huehehe....

zee said...

Kartini2 jaman sekarang makin banyak, tp apakah para pria sudah bs menerima para kartini modern ini? Kayaknya sih belom semua..

yuni said...

owh, bukannya kalo qta sering pke baju adat malah adat kita lebih terkenal ya?????

galih said...

di kampus ada nggak yah memperingati hari kartini kayak sma dulu...
heheheheheeheh....

andreas iswinarto said...

Sisi Lain Kartini : Pelopor Kebangkitan Nasional

Sejarawan George Mc Turnan Kahin, penulis buku Nationalism and Revolution Indonesia, mengatakan bukan Budi Utomo pelopor pembaruan pendidikan di Indonesia melainkan Kartini. Sementara itu Profesor Ahmad M. Suryanegara, dalam buku Menemukan Sejarah, menuturkan Kartini tidak hanya berjuang untuk perempuan, tapi juga untuk membangkitkan bangsanya dari kehinaan. Asvi Warman Adam menyimpulkan pula Kartini tidak hanya tokoh emansipasi perempuan, tetapi juga pelopor kebangkitan nasional.

Selengkapnya
http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/04/kartini-pelopor-kebangkitan-nasional.html

Post a Comment